Sejarah Kota Sawahlunto
Sawahlunto adalah salah satu diantara sejumlah kota yang terletak di kawasan Bukit Barisan di Sumatera Barat, tetapi mempunyai riwayat kehadiran yang berbeda dengan kota lain tersebut. Kota seperti Bukit Tinggi, Batusangkar, Payakumbuh, Padang Panjang dan Solok terbentuk oleh perkembangan komunitas Minang, sedangkan Sawahlunto oleh usaha tambang pada zaman pemerintahan Belanda tahun 1888, Sawahlunto mulai menjadi mukiman pekerja tambang ketika uang sebesar 5,5 juta golden ditanamkan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk membangun berbagai fasilitas pengusahaan tambang batubara Ombilin, Mukiman ini terus berkembang mejadi sebuah kota kecil dengan penduduk yang intinya adalah pegawai dan pekerja tambang.
Belanda juga membangun sistem kereta api dengan biaya 17 juta gulden sebagai alat angkut untuk dapat membawa batu bara dari sawahlunto keluar melalui Padang. Kereta api telah beroperasi sejak tahun 1888 tetapi baru sampai di Muara kalaban dan mencapai Sawahlunto pada 1894. adanya angkutan kereta api inilah yang membuat usaha pertambangan itu kembali memberikan hasil yang positif dari hanya puluhan ribu ton menjadi ratusan ribu ton pertahun, dari usaha yang rugi menjadi menjadi usaha dengan laba besar sampai 4,6 juta gulden dalam setahun pada tahun 1920. sampai tahun 1898, usaha tambang ini masih mengandalkan pekerja paksa yaitu narapaidana yang dipaksa bekerja untuk tambang dan dibayar dengan harga murah. Tahun 1908 upah buruh paksa 18 sen/ hari dan dapat dikenakan sangsi hukum cambuk kalau membangkang, upah buruh kontrak 32 sen/hari dengan mendapatkan fasilitas tempat tinggal dan jaminan kesehatan. Sedangkan buruh bebas upahnya 62 sen/ hari tanpa fasilitas (Zubir,1995). Dengan demiklian dapatlah dibayangakan bahwa pada awal abad ke 20, Sawahlunto sesungguhnya merupakan kamp tahanan bagi pekerja paksa tersebut.
Ketika pada tahun 1918 Sawahlunto dikategorikan sebagai Gemeentelijk Ressort atau Gemeente dengan luas wilayah 778 ha, hal ini karena ada kaitannya dengan puncak keberhasilan kegiatan pertambangan tersebut. Pada tahun 1930 wilayah ini berpenduduk 43576 jiwa, diantaranya 564 jiwa adalah orang belanda (Eropa). Walaupun demikian Sawahlunto belum sempat menjadi Stadsgemeente, yang penyelenggaraan kotanya dilakukan oleh stadsgemeenteraad (DPRD) dan Burgemeester (Walikota).
Sejak tahun 1940 sampai dengan akhir tahun 70-an produksi batubara ombilin merosot, kembali hanya puluhan ribu ton pertahun. Sawahlunto pun mengalami kemerosotan yang diindikasikan dari merosotnya jumlah penduduk menjadi hanya 13.561 jiwa pada sensus tahun 1980. Dengan menambah beberapa fasilitas, perubahan manajemen dan penerapan teknologi baru, usaha penambangan meningkat kembali sejak awal tahun 80-an, bahkan produknya terus meningkat melampaui 1 juta ton pertahun pada akhir tahun 90-an. Penduduk Sawahlunto juga meningkat menjadi 15.279 menurut sensus tahun 1990, walaupun demikian laju pertumbuhan penduduk yang hanya 1,2% pertahun ini masih dibawah rata-rata laju pertumbuhan penduduk Sumatera Barat yang mencapai 1,62% dan tidak tampak mempunyai korelasi dengan peningkatan produksi batubara.
Kemudian pada tanggal 10 Maret 1949 diadakan rapat dengan hasilnya Daerah. Kemudian pada tanggal 10 Maret 1949 diadakan rapat dengan hasilnya Daerah Afdeeling Solok tersebut di bagi atas Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung dan Kabupaten Solok, maka Pemerintahan Stad Gemeente Sawahlunto di rangkap oleh Bupati Sawahlunto/Sijunjung. Dalam kurun waktu 1949 - 1965 terjadi perubahan status dari berdiri sendiri atau di bawah Pemerintah Sawahlunto/Sijunjung. Selanjutnya dengan Undang-undang Nomor 18 tahun 1965 statusnya berubah menjadi Daerah Tingkat II dengan sebutan Kotamadya Sawahlunto berkepala Perintahnya sendiri di bawah Walikota AKHMAD NOERDIN, SH terhitung mulai tanggal 11 Juni 1965 yang dengan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 8 Maret 1965 Nomor 1965 Nomor Up. 15/2/13-227 di tunjuk sebagai Pejabat Walikota Kepala Daerah Sawahlunto.
Kemudian Walikota yang memimpin Kota Sawahlunto sejak pertama Berdiri sampai sekarang sebagai berikut :
1. ACHMAD NURDIN, SH ( Masa Jabatan Walikota 1965 s/d 1971 )
2. Drs. SHAIMOERY, SH ( Masa Jabatan Walikota 1971 s/d 1983 )
3. Drs. NURAFLIS SALAM ( Masa Jabatan Walikota 1983 s/d 1988 )
4. Drs. H. RAHMATSJAH ( Masa Jabatan Walikota 1988 s/d 1993 )
5. Drs. H. SUBARI SUKARDI ( Masa Jabatan Walikota 1993 s/d 1988 dan Masa Jabatan Walikota 1988 s/d 2003 )
6. Ir. H. AMRAN NUR ( Masa Jabatan Walikota 2003 S/D 2008 ) dan
H. FAUZI HASAN ( Masa Jabatan Wakil Walikota 2003 S/D 2008 )
7. Ir.H.AMRAN NUR dan H.ERIZAL RIDWAN,ST.MM ( Masa Jabatan Walikota dan Wakil Walikota 2008-2013)
8. ALI YUSUF, S.Pt dan ISMED, SH ( Masa Jabatan Walikota dan Wakil Walikota 2013-2018 )
Tahun 1990 wilayah admnistrasi Sawahlunto diperluas dari hanya 779 ha menjadi 27.344 ha yang membawa konsekuensi jumlah penduduknya meningkat. Berdasarkan hasil survey penduduk antar sensus 1995, penduduk Sawahlunto menjadi 55.090 jiwa. Walaupun demikian Sawahlunto tidak dengan sendirinya menjadi kota yang lebih besar. Seperti yang terjadi pada kota yang umumnya dimekarkan. Oleh bentang alamnya pemekaran Sawahlunto menjadikan semacam federasi bebrapa kota kecil dan mukiman pedesaan. Pertumbuhan penduduknya ternyata bersifat sementara karena berdasarkan sensus tahun 2000, penduduk Sawahlunto menunjukan gejala menurun. Pada sensus tahun 2000 tersebut tercatat jumlah penduduk 50.668 jiwa, artinya selama lima tahun telah terjadi penurunan 8%. Diantaranya disebabkan karena sebagaian perumahan pegawai Unit Pertambangan Ombilin (UPO) dipindahkan keluar daerah kota Sawahlunto. Dari segi ini tampak bahwa pertambangan batubara Ombiin dan kota Sawahlunto memang jelas ada kaitannya.
Selama seratus tahun batubara yang telah dieksploitasi telah mencapai sekitar 30 juta ton, dan masih tersisa cadangan lebih dari 100 juta ton. Walaupun demikian masa depan penambangan batubara Ombilin ini belum jelas, karena cadangan yang masih ada hanya bisa dieksploitasi sebagai tambang dalam. Dapat tidaknya eksploitsi tersebut tergantung pada harga serta permintaan pasar batubara dan penguasaan teknologi, selain itu penyelenggaraan pertambangan batu bara ini juga sedang mengalamai re-orientsi oleh berkembangnya semangat desentralisasi. Apapun yang terjadi dengan penambangan batu bara Ombilin ini, pemerintah dan masyarakat Sawahlunto bertekad menjadikan Sawahlunto sebagai kota wisata berbasis pertambangan. Ini merupakan tata kaitan antara pertambangan Ombilin dan kota Sawahlunto baru, yang masih harus dikembangkan.
Belanda juga membangun sistem kereta api dengan biaya 17 juta gulden sebagai alat angkut untuk dapat membawa batu bara dari sawahlunto keluar melalui Padang. Kereta api telah beroperasi sejak tahun 1888 tetapi baru sampai di Muara kalaban dan mencapai Sawahlunto pada 1894. adanya angkutan kereta api inilah yang membuat usaha pertambangan itu kembali memberikan hasil yang positif dari hanya puluhan ribu ton menjadi ratusan ribu ton pertahun, dari usaha yang rugi menjadi menjadi usaha dengan laba besar sampai 4,6 juta gulden dalam setahun pada tahun 1920. sampai tahun 1898, usaha tambang ini masih mengandalkan pekerja paksa yaitu narapaidana yang dipaksa bekerja untuk tambang dan dibayar dengan harga murah. Tahun 1908 upah buruh paksa 18 sen/ hari dan dapat dikenakan sangsi hukum cambuk kalau membangkang, upah buruh kontrak 32 sen/hari dengan mendapatkan fasilitas tempat tinggal dan jaminan kesehatan. Sedangkan buruh bebas upahnya 62 sen/ hari tanpa fasilitas (Zubir,1995). Dengan demiklian dapatlah dibayangakan bahwa pada awal abad ke 20, Sawahlunto sesungguhnya merupakan kamp tahanan bagi pekerja paksa tersebut.
Ketika pada tahun 1918 Sawahlunto dikategorikan sebagai Gemeentelijk Ressort atau Gemeente dengan luas wilayah 778 ha, hal ini karena ada kaitannya dengan puncak keberhasilan kegiatan pertambangan tersebut. Pada tahun 1930 wilayah ini berpenduduk 43576 jiwa, diantaranya 564 jiwa adalah orang belanda (Eropa). Walaupun demikian Sawahlunto belum sempat menjadi Stadsgemeente, yang penyelenggaraan kotanya dilakukan oleh stadsgemeenteraad (DPRD) dan Burgemeester (Walikota).
Sejak tahun 1940 sampai dengan akhir tahun 70-an produksi batubara ombilin merosot, kembali hanya puluhan ribu ton pertahun. Sawahlunto pun mengalami kemerosotan yang diindikasikan dari merosotnya jumlah penduduk menjadi hanya 13.561 jiwa pada sensus tahun 1980. Dengan menambah beberapa fasilitas, perubahan manajemen dan penerapan teknologi baru, usaha penambangan meningkat kembali sejak awal tahun 80-an, bahkan produknya terus meningkat melampaui 1 juta ton pertahun pada akhir tahun 90-an. Penduduk Sawahlunto juga meningkat menjadi 15.279 menurut sensus tahun 1990, walaupun demikian laju pertumbuhan penduduk yang hanya 1,2% pertahun ini masih dibawah rata-rata laju pertumbuhan penduduk Sumatera Barat yang mencapai 1,62% dan tidak tampak mempunyai korelasi dengan peningkatan produksi batubara.
Kemudian pada tanggal 10 Maret 1949 diadakan rapat dengan hasilnya Daerah. Kemudian pada tanggal 10 Maret 1949 diadakan rapat dengan hasilnya Daerah Afdeeling Solok tersebut di bagi atas Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung dan Kabupaten Solok, maka Pemerintahan Stad Gemeente Sawahlunto di rangkap oleh Bupati Sawahlunto/Sijunjung. Dalam kurun waktu 1949 - 1965 terjadi perubahan status dari berdiri sendiri atau di bawah Pemerintah Sawahlunto/Sijunjung. Selanjutnya dengan Undang-undang Nomor 18 tahun 1965 statusnya berubah menjadi Daerah Tingkat II dengan sebutan Kotamadya Sawahlunto berkepala Perintahnya sendiri di bawah Walikota AKHMAD NOERDIN, SH terhitung mulai tanggal 11 Juni 1965 yang dengan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 8 Maret 1965 Nomor 1965 Nomor Up. 15/2/13-227 di tunjuk sebagai Pejabat Walikota Kepala Daerah Sawahlunto.
Kemudian Walikota yang memimpin Kota Sawahlunto sejak pertama Berdiri sampai sekarang sebagai berikut :
1. ACHMAD NURDIN, SH ( Masa Jabatan Walikota 1965 s/d 1971 )
2. Drs. SHAIMOERY, SH ( Masa Jabatan Walikota 1971 s/d 1983 )
3. Drs. NURAFLIS SALAM ( Masa Jabatan Walikota 1983 s/d 1988 )
4. Drs. H. RAHMATSJAH ( Masa Jabatan Walikota 1988 s/d 1993 )
5. Drs. H. SUBARI SUKARDI ( Masa Jabatan Walikota 1993 s/d 1988 dan Masa Jabatan Walikota 1988 s/d 2003 )
6. Ir. H. AMRAN NUR ( Masa Jabatan Walikota 2003 S/D 2008 ) dan
H. FAUZI HASAN ( Masa Jabatan Wakil Walikota 2003 S/D 2008 )
7. Ir.H.AMRAN NUR dan H.ERIZAL RIDWAN,ST.MM ( Masa Jabatan Walikota dan Wakil Walikota 2008-2013)
8. ALI YUSUF, S.Pt dan ISMED, SH ( Masa Jabatan Walikota dan Wakil Walikota 2013-2018 )
Tahun 1990 wilayah admnistrasi Sawahlunto diperluas dari hanya 779 ha menjadi 27.344 ha yang membawa konsekuensi jumlah penduduknya meningkat. Berdasarkan hasil survey penduduk antar sensus 1995, penduduk Sawahlunto menjadi 55.090 jiwa. Walaupun demikian Sawahlunto tidak dengan sendirinya menjadi kota yang lebih besar. Seperti yang terjadi pada kota yang umumnya dimekarkan. Oleh bentang alamnya pemekaran Sawahlunto menjadikan semacam federasi bebrapa kota kecil dan mukiman pedesaan. Pertumbuhan penduduknya ternyata bersifat sementara karena berdasarkan sensus tahun 2000, penduduk Sawahlunto menunjukan gejala menurun. Pada sensus tahun 2000 tersebut tercatat jumlah penduduk 50.668 jiwa, artinya selama lima tahun telah terjadi penurunan 8%. Diantaranya disebabkan karena sebagaian perumahan pegawai Unit Pertambangan Ombilin (UPO) dipindahkan keluar daerah kota Sawahlunto. Dari segi ini tampak bahwa pertambangan batubara Ombiin dan kota Sawahlunto memang jelas ada kaitannya.
Selama seratus tahun batubara yang telah dieksploitasi telah mencapai sekitar 30 juta ton, dan masih tersisa cadangan lebih dari 100 juta ton. Walaupun demikian masa depan penambangan batubara Ombilin ini belum jelas, karena cadangan yang masih ada hanya bisa dieksploitasi sebagai tambang dalam. Dapat tidaknya eksploitsi tersebut tergantung pada harga serta permintaan pasar batubara dan penguasaan teknologi, selain itu penyelenggaraan pertambangan batu bara ini juga sedang mengalamai re-orientsi oleh berkembangnya semangat desentralisasi. Apapun yang terjadi dengan penambangan batu bara Ombilin ini, pemerintah dan masyarakat Sawahlunto bertekad menjadikan Sawahlunto sebagai kota wisata berbasis pertambangan. Ini merupakan tata kaitan antara pertambangan Ombilin dan kota Sawahlunto baru, yang masih harus dikembangkan.
Informasi Umum
WILAYAH
Kota Sawahlunto dikenal sebagai kota tambang dengan luas wilayah 27.345 Ha atau 273.45 Km2. Secara administrasi terdiri dari 4 Kecamatan, 10 Kelurahan dan 27 desa. Jarak dari Kota Sawahlunto ke Kota Padang (Ibu Kota Propinsi) adalah 95 km yang dapat dicapai melalui jalan darat dengan kondisi baik dalam waktu 2 jam dengan kendaraan roda empat.Dari luas wilayahnya, yang terluas yakni Kecamatan Talawi dengan 9.939 Ha, disusul Kecamatan Barangin 8.854,7 Ha Kecamatan Lembah Segar dengan 5.528 Ha dan terakhir Kecamatan Silungkang dengan luas 3.293 Ha.
GEOGRAFI
Secara geografis Kota Sawahlunto berada pada 0.34°– 0.46°LS dan 100.41°– 100.49°BT, berbatas sebelah utara dengan Kabupaten Tanah Datar, sebelah Timur dengan Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung dan sebelah Selatan dan barat denagn Kabupaten Solok
TOPOGRAFI
Bentang alam Kota Sawhalunto terbentuk oleh perbukitan terjal, landai dan pendataran dengan elevasi 250 – 650 m diatas permukaan laut. Perbukitan terjal merupakan bentang alam yang terjal menjadi faktor pembatas dalam pengembangan wilayah kota, sedang pusat kota lama sawahlunto terletak pada bentang alam landai sempit dan memanjang dengan luas 5,8 km2. Pendataran yang relativ lebar terdapat diwilayah Kecamatan Talawi, wilayah ini terbentang dari Utara ke Selatan, bagian Timur dan Selatan, bagian Timur dan Selatan, bagian Timur dan Selatan mempunyai topografi yang relative curam (kemiringan lebih dari 40%), sedangkan di bagian utara bergelombang yang relative datar. Luas wilayah Kota Sawahlunto paling banyak terletak pada ketinggian 100 – 500 m. Secara garis besar Kota Sawahlunto terdiri dari Kawasan Lindung (26,5%) dan Kawasan Budidaya (73,5). Penggunaan tanah yang dominant merupakan perkebunan campuran (34,1%) hutan lebat dan belukar (19,5%). Sedangkan danau (0,2%) danau ini merupakan bekas galian penambangan batu bara.
IKLIM
Seperti daerah lainnya di Propinsi Sumatera Barat, Kota Sawahlunto mempunyai iklim tropis dengan suhu berkisar antara 22° - 33° C. Sepanjang tahun terdapat dua musim yaitu musim hujan pada bulan November sampai Juni dan musim kemarau pada bulan Juli sampai bulan Oktober. Curah hujan rata-rata lebih kurang sebesar 1.071,6 milimeter per tahun dan curah hujan rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Desember.
PENGGUNAAN LAHAN
Karena wilayah topografi Kota yang berbukit dan relative curam, maka pemanfaatan lahan yang ada cukup beragam dan bercampur anatar meliputi daerah yang terbangun yang digunakan untuk berbagai kegiatan perumahan/permukiman dan daerah tidak terbangun seperti lahan pertanian, perkebunan dan sebagainya. Penggunaan lahan yang dominan adalah digunakan untuk kawasan hutan dan yang peling terkecil untuk tambak / kolam.
PENDUDUK
Jumlah penduduk Kota Sawahlunto akhir tahun 2008 adalah sebanyak 54.913 jiwa terdiri dari 27.045 jiwa pria dan 27.868 jiwa wanita, dengan kepadatan penduduk 200,82 jiwa/km2.
Mata pencarian penduduk sangat beraneka ragam seperti bekerja di bidang pertanian, sector pertambangan dan bidang jasa. Struktur ekonomi masyarakat Kota Sawahlunto sebagian besar ditopang oleh sector pertambangan. Subsektor pertanian tanaman pangan, indusrti kecil/kerajinan rumah tangga dan sector peternakan.
Dengan adanya perluasan wilayah berdasarkan peraturan pemerintah No.44 tahun 1990, Kota Sawahlunto tidak hanya dikenal sebagaidaerah sentral industri kerajinan, makanan kecil, peternakan, buah-buahan dan merupakan salah satu daerah tujuan wisata.
PEREKONOMIAN DAERAH
Pembangunan ekonomi daerah yang tangguh dan berkeadilan merupakan agenda Pembangunan Pemerintah Daerah sebagai komitmen dalam memajukan perekonomian Kota Sawahlunto yang difokuskan kepada pengembangan Industri Wisata , revitalisasi pertanian, pengembangan industri kecil dan menengah, pengembangan kelembagaan ekonomi dan peningkatan investasi.
PRODUK REGIONAL BRUTO (PDRB)
Merupakan penjumlahan keseluruhan nilai barang dan jasa yang dihasilkan seluruh sektor lapangan usaha ekonomi pada satu wilayah dalam waktu satu tahun. Tahun 2008 nilai PDRB Kota Sawahlunto meningkat 14,17% disbanding tahun 2007. Untuk tahun 2009 diproyeksikan kenaikan PDRB Kota Sawahlunto sebesar 7,78 %. Berikut ditampilkan proyeksi konstribusi sektor pembentuk PDRB
PDRB PERKAPITA
Menggambarkan kemungkinan nilai PDRB yang dapat dinikmati per satu orang penduduk di suatu daerah. Secara umum PDRB dijadikan sebagai indikator utama dalam menentukan kesejahteraan penduduk di daerah tersebut. Pertumbuhan PDRB tahun 2009 yaitu 3.68%.
Berikut diberikan gambaran proyeksi PDRB Kota Sawahlunto 2009-2013
PERTUMBUHAN EKONOMI
Pada dasarnya membandingkan tingkat perekonomian pada suatu tahun dengan tahun sebelumnya sebagai akibat dari peningkatan produksi sebagai salah satu indikator keberhasilan pembangunan. PDRB Kota Sawahlunto atas dasar harga konstan tahun 2009 meningkat 3.68% disbanding tahun 2008. Pertumbuhan signifikan pada sektor pertanian 8.06%, perdagangan,hotel dan restaurant 5.50% dan sektor bangunan 5.30%.
INVESTASI
Salah satu upaya untuk memacu pertumbuhan ekonomi adalah dengan meningkatkan investasi, karena melalui investasi dapat didorong perkembangan ekonomi yang dapat meningkatkan kesempatan lapangan kerja, meningkatnya pendapatan daerah, mendorong perkembangan investasi baru.
SARANA DAN PRASARANA
TRANSPORTASI
Jalan Raya
Sarana perbungan berupa jaringan jalan raya untuk menunjang kelancaran usaha investasi di Kota sawahlunto adalah sebagai berikut :
Infrastruktur jaringan transportasi yang tersedia di Kota Sawahlunto tahun 2009 meliputi berbagai akses perhubungan yang menghubungkan Kota Sawahlunto ke Kota/Kabupaten dan kemudahan akses perhubungan antara kecamatan, antar desa/kelurahan bahkan ke sentra-sentar produksi. Kota Sawahlunto dilalui oleh Jalan Nasional Trans Sumatera sepanjang 8,15 Km dan dilalui jalur Kereta Api.
Panjang jalan menurut status jalan hingga tahun 2009 adalah sebagai berikut :
§ Jalan Nasional : 8,15 Km
§ Jalan Propinsi : 27,09 Km
§ Jalan kab/Kota : 263,69 Km
§ Jalan Desa/Lokal : 165,91 Km
Sarana Angkutan
Di Kota Sawahlunto untuk kemudahan akses transportasi dari dan ke Sawahlunto tersedia Bus Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) sebanyak 37 unit dan travel ke berbagai kota termasuk antar propinsi sebanyak 25 unit dan Bus Pariwisata 3 unit, sedangkan untuk kemudahan akses transportasi dalam Kota Sawahlunto tersedia 61 unit angkot dan sekitar 650 unit ojek sepeda motor di berbagai pangkalan persimpangan jalan.
Sarana Perhubungan Air
Sebagai daerah pedalaman yang dilingkari bukit, Kota sawahlunto tidak mempunyai daerah pantai. Perhubungan laut hanya dapat melalui pelabuhan Teluk Bayur Padang dengan jarak 95 km dari Kota Sawahlunto dengan kondisi permukaan jalan baik dan diasapal.
Perhubungan darat di Kota Sawahlunto ada beberapa sungai antara lain Batang Ombilin, abtang Malakutan, Batang Lunto, ABtang Lasi dan Batang Sumpahan. Kesemua laur sungai ini mengalir pada lembah pebukitan melalui suatu daerah aliran sungai yaitu Batang Ombilin namun bukan digunakan untuk angkuta sungai.
LISTRIK
Jaringan Listrik Kota Sawahlunto dikelola oleh PLN dengan 3 unit pelayanan meliputi area pelayanan Kota, Pelayanan Silungkang dan area pelayanan Talawi. Jaringan listrik di Kota Sawahlunto telah menjangkau hampir semua Desa/Kelurahan yang ditopang dari Jaringan Interkoneksi Sumatera Bagian Selatan yang salah satu pembangkit nya yaitu PLTU Ombilin dengan daya 2x100 MW, disamping pembangkit swadaya masyarakat berupa diesel.
TELEKOMUNIKASI
Kota Sawahlunto telah memiliki sarana telepon otomatis, HP, telegraf, jasa pelayanan kantor pos dan jasa pelayanan swasta TIKI. Untuk prasarana telekomunikasi ini terdapat 1 (satu) unti sentral local(STO). Jumlah sambungan telepon terpasang sebanyak 2894 unit. Prasarana telekomunikasi ini sudah semakin lengkap dengan sudah dibangunnya menara pemancar untuk telepon seluler (HP) dengan berbagai Operator dan beberapa Tower atau BTS dan telah menjangkau ke seluruh pelosok Kota Sawahlunto. Dengan cepat nya berkembang teknologi dan telekomunikasi di Kota Sawahlunto maka usaha ke Warung Internet cepat berkembang, sehingga bukan tidak mungkin suatu saat Sawahlunto menjadi Cyber City yang mana tempat layanan free hotspot semakin memberikan kemudahan mengakses Internet.
AIR
Sampai sat ini daerah Sawahlunto mesih sering mengalami kekurangan air bersih. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih tersebut, baik di Kota Sawahlunto maupun di desa/kelurahan, pemerintah kota telah melakukan berbagai upaya di antaranya secara bertahap membangun sarana air bersih salah satunya dengan membangun instalasi pengolahan air bersih di Kayu Gadang yang sumber air nya berasa dari Sungai Ombilin.
Pada saat ini di Kota sawahlunto telah tersedia fasilitas air minum yang dikelola oleh PDAM dan fasilitas air minum tersedia pada 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Talawi, Kecamatan Barangin, dan kecamatan Lembah Segar. Sumber-sumber air minum di Kota sawahlunto diperoleh dari Batang Ombilin, Batang Lunto, Batang Sumpahan dan sumber mata air (mata air Kajai dan Batang Lumindai)
BANK
Lembaga keuangan (perbankan merupakan salah satu sarana yang cukup penting untuk mendukung kegiatan ekonomi. Di Kota Sawahlunto terdapat 5 Lembaga Keuangan (Perbankan) yaitu Bank mandiri, Bank BNI 1946, Bank Nagari, Bank BRI juga mempunyai BRI Unit Desa di semua kecamatan yang ada dan BPR.
PENGINAPAN
Sarana dan prasarana penginapan merupakan factor penting terutama untuk menunjang kegiatan pariwisata. Di Kota sawahlunto baru tersedia fasilitas penginapan Wisma Ombilin, Laura Hotel dan beberapa buah Mess yang dikelola oleh PT.BA UPO.
RUMAH SAKIT
Sarana kesehatan yang tersedia di Kota sawahlunto berupa Rumah Sakit Umum 1 buah yang terletak di pusat kota tepatnya di Kecamatan Lembah Segar yang sudah dilengkapai dengan tenaga dokter spesialis, puskesmas induk 5 buah, puskesmas pembantu 20 buah, pos KB/Posyandu 37 buah, tempat praktek dokter 15 buah.
TATA GUNA TANAH
Pada saat ini telah terdapat susunan ruang kawasan lindung dan budidaya untuk Kota Sawahlunto.
Kota Sawahlunto dikenal sebagai kota tambang dengan luas wilayah 27.345 Ha atau 273.45 Km2. Secara administrasi terdiri dari 4 Kecamatan, 10 Kelurahan dan 27 desa. Jarak dari Kota Sawahlunto ke Kota Padang (Ibu Kota Propinsi) adalah 95 km yang dapat dicapai melalui jalan darat dengan kondisi baik dalam waktu 2 jam dengan kendaraan roda empat.Dari luas wilayahnya, yang terluas yakni Kecamatan Talawi dengan 9.939 Ha, disusul Kecamatan Barangin 8.854,7 Ha Kecamatan Lembah Segar dengan 5.528 Ha dan terakhir Kecamatan Silungkang dengan luas 3.293 Ha.
GEOGRAFI
Secara geografis Kota Sawahlunto berada pada 0.34°– 0.46°LS dan 100.41°– 100.49°BT, berbatas sebelah utara dengan Kabupaten Tanah Datar, sebelah Timur dengan Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung dan sebelah Selatan dan barat denagn Kabupaten Solok
TOPOGRAFI
Bentang alam Kota Sawhalunto terbentuk oleh perbukitan terjal, landai dan pendataran dengan elevasi 250 – 650 m diatas permukaan laut. Perbukitan terjal merupakan bentang alam yang terjal menjadi faktor pembatas dalam pengembangan wilayah kota, sedang pusat kota lama sawahlunto terletak pada bentang alam landai sempit dan memanjang dengan luas 5,8 km2. Pendataran yang relativ lebar terdapat diwilayah Kecamatan Talawi, wilayah ini terbentang dari Utara ke Selatan, bagian Timur dan Selatan, bagian Timur dan Selatan, bagian Timur dan Selatan mempunyai topografi yang relative curam (kemiringan lebih dari 40%), sedangkan di bagian utara bergelombang yang relative datar. Luas wilayah Kota Sawahlunto paling banyak terletak pada ketinggian 100 – 500 m. Secara garis besar Kota Sawahlunto terdiri dari Kawasan Lindung (26,5%) dan Kawasan Budidaya (73,5). Penggunaan tanah yang dominant merupakan perkebunan campuran (34,1%) hutan lebat dan belukar (19,5%). Sedangkan danau (0,2%) danau ini merupakan bekas galian penambangan batu bara.
IKLIM
Seperti daerah lainnya di Propinsi Sumatera Barat, Kota Sawahlunto mempunyai iklim tropis dengan suhu berkisar antara 22° - 33° C. Sepanjang tahun terdapat dua musim yaitu musim hujan pada bulan November sampai Juni dan musim kemarau pada bulan Juli sampai bulan Oktober. Curah hujan rata-rata lebih kurang sebesar 1.071,6 milimeter per tahun dan curah hujan rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Desember.
PENGGUNAAN LAHAN
Karena wilayah topografi Kota yang berbukit dan relative curam, maka pemanfaatan lahan yang ada cukup beragam dan bercampur anatar meliputi daerah yang terbangun yang digunakan untuk berbagai kegiatan perumahan/permukiman dan daerah tidak terbangun seperti lahan pertanian, perkebunan dan sebagainya. Penggunaan lahan yang dominan adalah digunakan untuk kawasan hutan dan yang peling terkecil untuk tambak / kolam.
PENDUDUK
Jumlah penduduk Kota Sawahlunto akhir tahun 2008 adalah sebanyak 54.913 jiwa terdiri dari 27.045 jiwa pria dan 27.868 jiwa wanita, dengan kepadatan penduduk 200,82 jiwa/km2.
Mata pencarian penduduk sangat beraneka ragam seperti bekerja di bidang pertanian, sector pertambangan dan bidang jasa. Struktur ekonomi masyarakat Kota Sawahlunto sebagian besar ditopang oleh sector pertambangan. Subsektor pertanian tanaman pangan, indusrti kecil/kerajinan rumah tangga dan sector peternakan.
Dengan adanya perluasan wilayah berdasarkan peraturan pemerintah No.44 tahun 1990, Kota Sawahlunto tidak hanya dikenal sebagaidaerah sentral industri kerajinan, makanan kecil, peternakan, buah-buahan dan merupakan salah satu daerah tujuan wisata.
PEREKONOMIAN DAERAH
Pembangunan ekonomi daerah yang tangguh dan berkeadilan merupakan agenda Pembangunan Pemerintah Daerah sebagai komitmen dalam memajukan perekonomian Kota Sawahlunto yang difokuskan kepada pengembangan Industri Wisata , revitalisasi pertanian, pengembangan industri kecil dan menengah, pengembangan kelembagaan ekonomi dan peningkatan investasi.
PRODUK REGIONAL BRUTO (PDRB)
Merupakan penjumlahan keseluruhan nilai barang dan jasa yang dihasilkan seluruh sektor lapangan usaha ekonomi pada satu wilayah dalam waktu satu tahun. Tahun 2008 nilai PDRB Kota Sawahlunto meningkat 14,17% disbanding tahun 2007. Untuk tahun 2009 diproyeksikan kenaikan PDRB Kota Sawahlunto sebesar 7,78 %. Berikut ditampilkan proyeksi konstribusi sektor pembentuk PDRB
PDRB PERKAPITA
Menggambarkan kemungkinan nilai PDRB yang dapat dinikmati per satu orang penduduk di suatu daerah. Secara umum PDRB dijadikan sebagai indikator utama dalam menentukan kesejahteraan penduduk di daerah tersebut. Pertumbuhan PDRB tahun 2009 yaitu 3.68%.
Berikut diberikan gambaran proyeksi PDRB Kota Sawahlunto 2009-2013
PERTUMBUHAN EKONOMI
Pada dasarnya membandingkan tingkat perekonomian pada suatu tahun dengan tahun sebelumnya sebagai akibat dari peningkatan produksi sebagai salah satu indikator keberhasilan pembangunan. PDRB Kota Sawahlunto atas dasar harga konstan tahun 2009 meningkat 3.68% disbanding tahun 2008. Pertumbuhan signifikan pada sektor pertanian 8.06%, perdagangan,hotel dan restaurant 5.50% dan sektor bangunan 5.30%.
INVESTASI
Salah satu upaya untuk memacu pertumbuhan ekonomi adalah dengan meningkatkan investasi, karena melalui investasi dapat didorong perkembangan ekonomi yang dapat meningkatkan kesempatan lapangan kerja, meningkatnya pendapatan daerah, mendorong perkembangan investasi baru.
SARANA DAN PRASARANA
TRANSPORTASI
Jalan Raya
Sarana perbungan berupa jaringan jalan raya untuk menunjang kelancaran usaha investasi di Kota sawahlunto adalah sebagai berikut :
Infrastruktur jaringan transportasi yang tersedia di Kota Sawahlunto tahun 2009 meliputi berbagai akses perhubungan yang menghubungkan Kota Sawahlunto ke Kota/Kabupaten dan kemudahan akses perhubungan antara kecamatan, antar desa/kelurahan bahkan ke sentra-sentar produksi. Kota Sawahlunto dilalui oleh Jalan Nasional Trans Sumatera sepanjang 8,15 Km dan dilalui jalur Kereta Api.
Panjang jalan menurut status jalan hingga tahun 2009 adalah sebagai berikut :
§ Jalan Nasional : 8,15 Km
§ Jalan Propinsi : 27,09 Km
§ Jalan kab/Kota : 263,69 Km
§ Jalan Desa/Lokal : 165,91 Km
Sarana Angkutan
Di Kota Sawahlunto untuk kemudahan akses transportasi dari dan ke Sawahlunto tersedia Bus Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) sebanyak 37 unit dan travel ke berbagai kota termasuk antar propinsi sebanyak 25 unit dan Bus Pariwisata 3 unit, sedangkan untuk kemudahan akses transportasi dalam Kota Sawahlunto tersedia 61 unit angkot dan sekitar 650 unit ojek sepeda motor di berbagai pangkalan persimpangan jalan.
Sarana Perhubungan Air
Sebagai daerah pedalaman yang dilingkari bukit, Kota sawahlunto tidak mempunyai daerah pantai. Perhubungan laut hanya dapat melalui pelabuhan Teluk Bayur Padang dengan jarak 95 km dari Kota Sawahlunto dengan kondisi permukaan jalan baik dan diasapal.
Perhubungan darat di Kota Sawahlunto ada beberapa sungai antara lain Batang Ombilin, abtang Malakutan, Batang Lunto, ABtang Lasi dan Batang Sumpahan. Kesemua laur sungai ini mengalir pada lembah pebukitan melalui suatu daerah aliran sungai yaitu Batang Ombilin namun bukan digunakan untuk angkuta sungai.
LISTRIK
Jaringan Listrik Kota Sawahlunto dikelola oleh PLN dengan 3 unit pelayanan meliputi area pelayanan Kota, Pelayanan Silungkang dan area pelayanan Talawi. Jaringan listrik di Kota Sawahlunto telah menjangkau hampir semua Desa/Kelurahan yang ditopang dari Jaringan Interkoneksi Sumatera Bagian Selatan yang salah satu pembangkit nya yaitu PLTU Ombilin dengan daya 2x100 MW, disamping pembangkit swadaya masyarakat berupa diesel.
TELEKOMUNIKASI
Kota Sawahlunto telah memiliki sarana telepon otomatis, HP, telegraf, jasa pelayanan kantor pos dan jasa pelayanan swasta TIKI. Untuk prasarana telekomunikasi ini terdapat 1 (satu) unti sentral local(STO). Jumlah sambungan telepon terpasang sebanyak 2894 unit. Prasarana telekomunikasi ini sudah semakin lengkap dengan sudah dibangunnya menara pemancar untuk telepon seluler (HP) dengan berbagai Operator dan beberapa Tower atau BTS dan telah menjangkau ke seluruh pelosok Kota Sawahlunto. Dengan cepat nya berkembang teknologi dan telekomunikasi di Kota Sawahlunto maka usaha ke Warung Internet cepat berkembang, sehingga bukan tidak mungkin suatu saat Sawahlunto menjadi Cyber City yang mana tempat layanan free hotspot semakin memberikan kemudahan mengakses Internet.
AIR
Sampai sat ini daerah Sawahlunto mesih sering mengalami kekurangan air bersih. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih tersebut, baik di Kota Sawahlunto maupun di desa/kelurahan, pemerintah kota telah melakukan berbagai upaya di antaranya secara bertahap membangun sarana air bersih salah satunya dengan membangun instalasi pengolahan air bersih di Kayu Gadang yang sumber air nya berasa dari Sungai Ombilin.
Pada saat ini di Kota sawahlunto telah tersedia fasilitas air minum yang dikelola oleh PDAM dan fasilitas air minum tersedia pada 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Talawi, Kecamatan Barangin, dan kecamatan Lembah Segar. Sumber-sumber air minum di Kota sawahlunto diperoleh dari Batang Ombilin, Batang Lunto, Batang Sumpahan dan sumber mata air (mata air Kajai dan Batang Lumindai)
BANK
Lembaga keuangan (perbankan merupakan salah satu sarana yang cukup penting untuk mendukung kegiatan ekonomi. Di Kota Sawahlunto terdapat 5 Lembaga Keuangan (Perbankan) yaitu Bank mandiri, Bank BNI 1946, Bank Nagari, Bank BRI juga mempunyai BRI Unit Desa di semua kecamatan yang ada dan BPR.
PENGINAPAN
Sarana dan prasarana penginapan merupakan factor penting terutama untuk menunjang kegiatan pariwisata. Di Kota sawahlunto baru tersedia fasilitas penginapan Wisma Ombilin, Laura Hotel dan beberapa buah Mess yang dikelola oleh PT.BA UPO.
RUMAH SAKIT
Sarana kesehatan yang tersedia di Kota sawahlunto berupa Rumah Sakit Umum 1 buah yang terletak di pusat kota tepatnya di Kecamatan Lembah Segar yang sudah dilengkapai dengan tenaga dokter spesialis, puskesmas induk 5 buah, puskesmas pembantu 20 buah, pos KB/Posyandu 37 buah, tempat praktek dokter 15 buah.
TATA GUNA TANAH
Pada saat ini telah terdapat susunan ruang kawasan lindung dan budidaya untuk Kota Sawahlunto.