Komitmen
Konsep Strategi Pemenangan Pemilu
Strategi diartikan sebagai petunjuk umum dimana suatu organisasi merencanakan untuk mencapai tujuannya. Menurut Keneth R. Andrews, bahwa strategi adalah suatu proses evaluasi kekuatan dan kelemahan yang ada dalam organisasi yang dilakukan oleh eksekutif puncak serta melihat kesempatan dan ancaman pada saat ini dan memutuskan strategi yang cocok dengan kesempatan yang ada pada lingkungannya.
Strategi adalah pola tindakan utama yang dipilih untuk mewujudkan visi organisasi, melalui misi. Strategi membentuk pola pengambilan keputusan dalam mewujudkan visi organisasi. Dengan tindakan berpola, perusahaan dapat mengerahkan dan mengarahkan seluruh sumber daya organisasi secara efektif keperwujudan visi organisasi. Tanpa strategi yang tepat, sumberdaya organisasi akan terhambur konsumsinya, sehingga akan berakibat pada kegagalan organisasi dalam mewujudkan visinya.
Dalam lingkungan yang kompetitif, strategi memainkan peran penting dalam menentukan dan mempertahankan kelangsungan hidup dan pertumbuhan organisasi. Jauch & Glueck, mengemukakan bahwa strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi organisasi dengan tantangan lingkungan dan dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama organisasi dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi.
Porter, mengaitkan strategi dengan upaya organisasi untuk mencapai keunggulan bersaing, bahkan dikatakan bahwa strategi adalah alat penting dalam rangka mencapai keunggulan bersaing. Hal tersebut sejalan dengan tujuan strategi yaitu untuk mempertahankan atau mencapai suatu posisi keunggulan dibandingkan dengan pihak pesain, seperti yang juga dikemukakan Karhi Nisjar. Implikasi dari kajian tersebut adalah bahwa organisasi dikatakan masih meraih suatu keunggulan apabila ia dapat memanfaatkan peluang-peluang dari lingkungannya, yang memungkinkan organisasi untuk menarik keuntungan-keuntungan dari bidang-bidang yang menjadi kekuatannya.
Tentunya dalam kaitan apapun termasuk aktivitas organisasi politik, strategi akan dipergunakan untuk meraih keunggulan yang berkelanjutan (Sustainable Competitive Advantage) dalam mencapai tujuan politiknya. Berbagai prinsip manajemen dan pengelolaan sumberdaya organisasi akan sangat luas penggunaan dan penerapannya, termasuk bagaimana sebuah organisasi politik meraih suara dari konstituennya atau masyarakatnya.
Runtuhnya rezim Orde Baru membuat perubahan peta politik di Indonesia. Namun setelah 32 tahun berada dalam rezim yang otoriter, tampaknya publik tidak terbiasa dengan persaingan yang sehat. Apalagi menggunakan political marketing dalam pengertian yang ideal. Selama tiga kali pemilu pada masa reformasi, sangat minim memberikan pelajaran kepada publik tentang persaingan yang sehat dan efisien. Ke depannya, persaingan politik di Indonesia makin dilakukan secara bebas, transparan, dan terbuka. Dan pada saat itu nantinya, partai politik sebagai kontestan membutuhkan suatu metode yang dapat memfasilitasi mereka dalam memasarkan gagasan politik, isu politik dan ideologi partai. Di saat makin seragamnya ideologi politik, maka perlu dilakukan positioning untuk dapat membedakan suatu partai dengan partai lainnya.
Bahkan saat ini, publik tidak lagi melihat bahwa ideologi menjadi alasan untuk memilih. Menurut Firmanzah (2008:35) apa pun ideologinya, yang penting apakah partai bisa membawa bangsa dan negaranya mencapai kemanjuan dengan program kerjanya. Publik berharap partai yang dapat menawarkan solusi terbaik untuk maslaah-masalah kebangsaan dengan program kerja mereka. Ikatan tradisional – yaitu ideoligi – akan tergantikan dengan hal-hal yang lebih bersifat pragmatis seiring dengan makin meningkatnya jumlah pemilih non-partisan. Dalam melakukan positioning partai, tidak dapat dipungkiri bahwa pengaruh media massa dalam komunikasi politik begitu besar. Menurut Klapper (1960, dalam Firmanzah, 2008:18) media memiliki kemampuan untuk mempengaruhi opini publik dan perilaku masyarakat. Menurut Negrine (1996, dalam Firmanzah 2008:19) media dianggap memiliki peran yang sangat penting dalam mentrasmisi (relaying) dan menstimulasi permasalahan politik.
Firmanzah (2008) mengatakan bahwa pengunaan metode marketing dalam bidang politik dikenal sebagai pemasaran politik (political marketing). Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa dalam masa semakin tingginya tingkat persaingan pada dunia politik sehingga diperlukan strategi tertentu untuk dapat memenangkat persaingan tersebut. Seperti pada pemasaran komersil, maka Pemasaran Politik juga terdapat produsen (pelaku politik), produk (produk politik: Person, Party, Policy melalui Presentation) dan konsumen (electorate).
Menurut Nursal (dalam Firmanzah, 2007) dalam political marketing, terdapat tiga strategi mengkampanyekan political marketing yaitu: pemasaran produk politik secara langsung kepada calon pemilih (push political marketing), pemasaran produk politik melalui media massa (pull political marketing) dan melalui kelompok, tokoh atau organisasi yang berpengaruh (pass political marketing).
Organisasi politik atau partai politik tentunya akan berupaya melakukan langkah-langkah, seperti pencitraan dan popularitas kandidat di mata pemilih, strategi marketing, strategi public relation, lama waktu Caleg memperkenalkan dirinya ketengah masyarakat, kinerja dan track recordnya selama ini, frekuensi dan kualitas penampilan Caleg di media massa, performance, kompetensi, pesona fisik maupun “aura” yang dipancarkan oleh kandidat yang mempengaruhi pasar politik yang terdiri atas tiga bagian yaitu: pemilih, kelompok berpengaruh (influencer groups) dan media massa.
Di luar negeri dalam beberapa tahun terakhir, taktik yang sering digunakan untuk pemenangan pemilu adalah taktik deliberate priming (farrel, kolodny, Medvic, 2001). Dalam taktik ini, champaign manager pada intinya melakukan tiga hal utama: Pertama, menentukan isu-isu yang dinilai penting oleh segmen calon pemilih (biasanya berdasar jajak pendapat). Kedua, membuat analisis penentuan isu yang paling menguntungkan individu kontestan dan mengabaikan isu-isu persoalan lain (meski itu dalam platform partai merupakan isu sentral sekalipun). Ketiga, merekayasa citra kontestan sesuai isu persoalan yang dipilih, merancang pesan dan simbol yang diperlukan, serta merencanakan pemanfaatan media, semuanya untuk mengusahakan agar calon pemilih terfokus pada isu yang telah dilekatkan pada kontestan.
Strategi kampanye yang diterapkan bisa beragam, namun umumnya diawali dengan analisis positioning, atau analisis “posisi pasar” partai atau kontestan, yang hasilnya kemudian dipergunakan untuk menentukan langkah strategis selanjutnya. Kontestan yang menempati posisi pasar sebagai nicher (unggul di segmen pemilih tertentu), contohnya, akan menerapkan langkah-langkah strategis hingga taktik serta teknik kampanye yang berbeda dengan kontestan yang menempati posisi sebagai market leader, challenger, dan sebagainya (Collins dan Butler, 1996). Kampanye pemilu juga bisa mengarah pada kondisi di mana rekayasa citra individu kontestan yang dihasilkan para champaign manager, atau pesona kandidat menjadi lebih penting daripada platform dan isu yang diperjuangkan partai. “Politisi Busuk” bisa dipasarkan dalam kemasan seorang pahlawan dari masa lalu yang tidak berhubungan sama sekali dengan masalah masa kini. Semuanya dimungkinkan oleh penerapan strategi, taktik, dan teknik komunikasi pemasaran yang sistematis dan rasional.
Salah satu bahan utama untuk pemenangan lainnya adalah Riset Politik. Menurut Johnson (2001), dalam sistem Pemilu yang demokratis, riset politik merupakan alat yang vital. Kandidat akan sulit memenangkan persaingan jika tidak mengetahui kekuatan dan kelemahan pesaing, perilaku pemilu pemilih, segmentasi pemilih, peta wilayah dan faktor lainnya.
Kampanye dan propaganda menurut kandidat semata, akan menyebabkan berpalingnya pemilih ke kontestan lain karena, apa yang disampaikan tidak sesuai dengan aspirasi pemilih. Atau kalaupun kandidat mengetahui apa aspirasi pemilih, namun jika tidak mengetahui cara-cara yang tepat untuk penempatan substansi yang diinginkan, sangat mungkin akan menimbulkan mispersepsi atau pengaburan makna dari pesan yang disampaikan. Atau boleh jadi juga pesaing melakukan pendekatan dengan cara yang berbeda namun lebih efektif, bisa juga dengan cara yang sama pesaing dapat menggagalkan kemenangan kita karena mereka melakukannya dengan lebih baik.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi kemungkinan itu kontestan perlu melakukan riset untuk mengetahui kekuatan dan strategi pesaing. Beberapa kegunaan utama dari riset politik antara lain: pertama, untuk menyusun strategi dan taktik. Adman Nursal (2004) mengatakan Strategi kampanye politik tanpa riset bagaikan orang buta yang berjalan tanpa tongkat. Sebaliknya riset tanpa sumber daya strategis seperti desain strategi, orang, dana dan sumber daya lainnya ibarat orang lumpuh yang memahami jalan dan peta akan tetapi tidak memiliki kendaraan untuk menuju tempat yang diinginkannya.
Kedua, riset untuk memonitor hasil penerapan strategi. Implementasi sebuah strategi, akan menimbulkan respon dari pesaing. Reaksi para pemilih perlu diketahui untuk menerapkan strategi berikutnya. Riset monitor politik berorientasi pada tindakan dan reaksi terhadap kondisi saat ini. Jika hasil riset adalah begini, maka apa tindakan yang akan dilakukan.
Salah satu metode riset yang paling populer adalah dengan poling atau survei. Menurut Kavanagh bahwa penyelenggaraan polling memberi input informasi yang relevan untuk membuat strategi marketing politik, diantaranya adalah: membangun citra, menyusun kebijakan, tracking atau memantau kelemahan dan kekuatannya dari waktu ke waktu dan menetapkan pemilih sasaran yang berdasarkan karakter tertentu yang menjadi targetnya.
Menurut Shea dan Burton (2001), kita perlu melakukan riset terhadap profil data pesaing. Riset mengenai data pesaing sangat bermanfaat dalam menyusun strategi marketing politik. Riset yang dilakukan adalah untuk memperkirakan apa yang ditawarkan pesaing untuk masa depan (evaluasi prospektif) dan bagaimana reputasinya dimasa silam (evaluasi introspektif).
Berdasarkan keterangan diatas, tinggal bagaimana kesiapan dan kemauan kandidat atau kontestan untuk menerapkan hasil riset yang dilakukan. Berdasarkan ini, kandidat telah melakukan cara-cara kampanye dan pemenangan dengan langkah-langkah yang cerdas, dan bukan yang membodohi pemilih dengan cara-cara yang kurang mendidik seperti menyogok pemilih dengan uang (money politics). Atau dengan politik yang kotor seperti melakukan fitnah atau pembunuhan karakter terhadap pesaingnya. Akan tetapi mengungkapkan track record negatif/jelek pesaing dalam artian sebenarnya supaya menjadi bahan pertimbangan publik boleh saja sebagai alat kontrol sosial.
Diolah Penulis dari berbagai sumber.
Strategi adalah pola tindakan utama yang dipilih untuk mewujudkan visi organisasi, melalui misi. Strategi membentuk pola pengambilan keputusan dalam mewujudkan visi organisasi. Dengan tindakan berpola, perusahaan dapat mengerahkan dan mengarahkan seluruh sumber daya organisasi secara efektif keperwujudan visi organisasi. Tanpa strategi yang tepat, sumberdaya organisasi akan terhambur konsumsinya, sehingga akan berakibat pada kegagalan organisasi dalam mewujudkan visinya.
Dalam lingkungan yang kompetitif, strategi memainkan peran penting dalam menentukan dan mempertahankan kelangsungan hidup dan pertumbuhan organisasi. Jauch & Glueck, mengemukakan bahwa strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi organisasi dengan tantangan lingkungan dan dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama organisasi dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi.
Porter, mengaitkan strategi dengan upaya organisasi untuk mencapai keunggulan bersaing, bahkan dikatakan bahwa strategi adalah alat penting dalam rangka mencapai keunggulan bersaing. Hal tersebut sejalan dengan tujuan strategi yaitu untuk mempertahankan atau mencapai suatu posisi keunggulan dibandingkan dengan pihak pesain, seperti yang juga dikemukakan Karhi Nisjar. Implikasi dari kajian tersebut adalah bahwa organisasi dikatakan masih meraih suatu keunggulan apabila ia dapat memanfaatkan peluang-peluang dari lingkungannya, yang memungkinkan organisasi untuk menarik keuntungan-keuntungan dari bidang-bidang yang menjadi kekuatannya.
Tentunya dalam kaitan apapun termasuk aktivitas organisasi politik, strategi akan dipergunakan untuk meraih keunggulan yang berkelanjutan (Sustainable Competitive Advantage) dalam mencapai tujuan politiknya. Berbagai prinsip manajemen dan pengelolaan sumberdaya organisasi akan sangat luas penggunaan dan penerapannya, termasuk bagaimana sebuah organisasi politik meraih suara dari konstituennya atau masyarakatnya.
Runtuhnya rezim Orde Baru membuat perubahan peta politik di Indonesia. Namun setelah 32 tahun berada dalam rezim yang otoriter, tampaknya publik tidak terbiasa dengan persaingan yang sehat. Apalagi menggunakan political marketing dalam pengertian yang ideal. Selama tiga kali pemilu pada masa reformasi, sangat minim memberikan pelajaran kepada publik tentang persaingan yang sehat dan efisien. Ke depannya, persaingan politik di Indonesia makin dilakukan secara bebas, transparan, dan terbuka. Dan pada saat itu nantinya, partai politik sebagai kontestan membutuhkan suatu metode yang dapat memfasilitasi mereka dalam memasarkan gagasan politik, isu politik dan ideologi partai. Di saat makin seragamnya ideologi politik, maka perlu dilakukan positioning untuk dapat membedakan suatu partai dengan partai lainnya.
Bahkan saat ini, publik tidak lagi melihat bahwa ideologi menjadi alasan untuk memilih. Menurut Firmanzah (2008:35) apa pun ideologinya, yang penting apakah partai bisa membawa bangsa dan negaranya mencapai kemanjuan dengan program kerjanya. Publik berharap partai yang dapat menawarkan solusi terbaik untuk maslaah-masalah kebangsaan dengan program kerja mereka. Ikatan tradisional – yaitu ideoligi – akan tergantikan dengan hal-hal yang lebih bersifat pragmatis seiring dengan makin meningkatnya jumlah pemilih non-partisan. Dalam melakukan positioning partai, tidak dapat dipungkiri bahwa pengaruh media massa dalam komunikasi politik begitu besar. Menurut Klapper (1960, dalam Firmanzah, 2008:18) media memiliki kemampuan untuk mempengaruhi opini publik dan perilaku masyarakat. Menurut Negrine (1996, dalam Firmanzah 2008:19) media dianggap memiliki peran yang sangat penting dalam mentrasmisi (relaying) dan menstimulasi permasalahan politik.
Firmanzah (2008) mengatakan bahwa pengunaan metode marketing dalam bidang politik dikenal sebagai pemasaran politik (political marketing). Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa dalam masa semakin tingginya tingkat persaingan pada dunia politik sehingga diperlukan strategi tertentu untuk dapat memenangkat persaingan tersebut. Seperti pada pemasaran komersil, maka Pemasaran Politik juga terdapat produsen (pelaku politik), produk (produk politik: Person, Party, Policy melalui Presentation) dan konsumen (electorate).
Menurut Nursal (dalam Firmanzah, 2007) dalam political marketing, terdapat tiga strategi mengkampanyekan political marketing yaitu: pemasaran produk politik secara langsung kepada calon pemilih (push political marketing), pemasaran produk politik melalui media massa (pull political marketing) dan melalui kelompok, tokoh atau organisasi yang berpengaruh (pass political marketing).
Organisasi politik atau partai politik tentunya akan berupaya melakukan langkah-langkah, seperti pencitraan dan popularitas kandidat di mata pemilih, strategi marketing, strategi public relation, lama waktu Caleg memperkenalkan dirinya ketengah masyarakat, kinerja dan track recordnya selama ini, frekuensi dan kualitas penampilan Caleg di media massa, performance, kompetensi, pesona fisik maupun “aura” yang dipancarkan oleh kandidat yang mempengaruhi pasar politik yang terdiri atas tiga bagian yaitu: pemilih, kelompok berpengaruh (influencer groups) dan media massa.
Di luar negeri dalam beberapa tahun terakhir, taktik yang sering digunakan untuk pemenangan pemilu adalah taktik deliberate priming (farrel, kolodny, Medvic, 2001). Dalam taktik ini, champaign manager pada intinya melakukan tiga hal utama: Pertama, menentukan isu-isu yang dinilai penting oleh segmen calon pemilih (biasanya berdasar jajak pendapat). Kedua, membuat analisis penentuan isu yang paling menguntungkan individu kontestan dan mengabaikan isu-isu persoalan lain (meski itu dalam platform partai merupakan isu sentral sekalipun). Ketiga, merekayasa citra kontestan sesuai isu persoalan yang dipilih, merancang pesan dan simbol yang diperlukan, serta merencanakan pemanfaatan media, semuanya untuk mengusahakan agar calon pemilih terfokus pada isu yang telah dilekatkan pada kontestan.
Strategi kampanye yang diterapkan bisa beragam, namun umumnya diawali dengan analisis positioning, atau analisis “posisi pasar” partai atau kontestan, yang hasilnya kemudian dipergunakan untuk menentukan langkah strategis selanjutnya. Kontestan yang menempati posisi pasar sebagai nicher (unggul di segmen pemilih tertentu), contohnya, akan menerapkan langkah-langkah strategis hingga taktik serta teknik kampanye yang berbeda dengan kontestan yang menempati posisi sebagai market leader, challenger, dan sebagainya (Collins dan Butler, 1996). Kampanye pemilu juga bisa mengarah pada kondisi di mana rekayasa citra individu kontestan yang dihasilkan para champaign manager, atau pesona kandidat menjadi lebih penting daripada platform dan isu yang diperjuangkan partai. “Politisi Busuk” bisa dipasarkan dalam kemasan seorang pahlawan dari masa lalu yang tidak berhubungan sama sekali dengan masalah masa kini. Semuanya dimungkinkan oleh penerapan strategi, taktik, dan teknik komunikasi pemasaran yang sistematis dan rasional.
Salah satu bahan utama untuk pemenangan lainnya adalah Riset Politik. Menurut Johnson (2001), dalam sistem Pemilu yang demokratis, riset politik merupakan alat yang vital. Kandidat akan sulit memenangkan persaingan jika tidak mengetahui kekuatan dan kelemahan pesaing, perilaku pemilu pemilih, segmentasi pemilih, peta wilayah dan faktor lainnya.
Kampanye dan propaganda menurut kandidat semata, akan menyebabkan berpalingnya pemilih ke kontestan lain karena, apa yang disampaikan tidak sesuai dengan aspirasi pemilih. Atau kalaupun kandidat mengetahui apa aspirasi pemilih, namun jika tidak mengetahui cara-cara yang tepat untuk penempatan substansi yang diinginkan, sangat mungkin akan menimbulkan mispersepsi atau pengaburan makna dari pesan yang disampaikan. Atau boleh jadi juga pesaing melakukan pendekatan dengan cara yang berbeda namun lebih efektif, bisa juga dengan cara yang sama pesaing dapat menggagalkan kemenangan kita karena mereka melakukannya dengan lebih baik.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi kemungkinan itu kontestan perlu melakukan riset untuk mengetahui kekuatan dan strategi pesaing. Beberapa kegunaan utama dari riset politik antara lain: pertama, untuk menyusun strategi dan taktik. Adman Nursal (2004) mengatakan Strategi kampanye politik tanpa riset bagaikan orang buta yang berjalan tanpa tongkat. Sebaliknya riset tanpa sumber daya strategis seperti desain strategi, orang, dana dan sumber daya lainnya ibarat orang lumpuh yang memahami jalan dan peta akan tetapi tidak memiliki kendaraan untuk menuju tempat yang diinginkannya.
Kedua, riset untuk memonitor hasil penerapan strategi. Implementasi sebuah strategi, akan menimbulkan respon dari pesaing. Reaksi para pemilih perlu diketahui untuk menerapkan strategi berikutnya. Riset monitor politik berorientasi pada tindakan dan reaksi terhadap kondisi saat ini. Jika hasil riset adalah begini, maka apa tindakan yang akan dilakukan.
Salah satu metode riset yang paling populer adalah dengan poling atau survei. Menurut Kavanagh bahwa penyelenggaraan polling memberi input informasi yang relevan untuk membuat strategi marketing politik, diantaranya adalah: membangun citra, menyusun kebijakan, tracking atau memantau kelemahan dan kekuatannya dari waktu ke waktu dan menetapkan pemilih sasaran yang berdasarkan karakter tertentu yang menjadi targetnya.
Menurut Shea dan Burton (2001), kita perlu melakukan riset terhadap profil data pesaing. Riset mengenai data pesaing sangat bermanfaat dalam menyusun strategi marketing politik. Riset yang dilakukan adalah untuk memperkirakan apa yang ditawarkan pesaing untuk masa depan (evaluasi prospektif) dan bagaimana reputasinya dimasa silam (evaluasi introspektif).
Berdasarkan keterangan diatas, tinggal bagaimana kesiapan dan kemauan kandidat atau kontestan untuk menerapkan hasil riset yang dilakukan. Berdasarkan ini, kandidat telah melakukan cara-cara kampanye dan pemenangan dengan langkah-langkah yang cerdas, dan bukan yang membodohi pemilih dengan cara-cara yang kurang mendidik seperti menyogok pemilih dengan uang (money politics). Atau dengan politik yang kotor seperti melakukan fitnah atau pembunuhan karakter terhadap pesaingnya. Akan tetapi mengungkapkan track record negatif/jelek pesaing dalam artian sebenarnya supaya menjadi bahan pertimbangan publik boleh saja sebagai alat kontrol sosial.
Diolah Penulis dari berbagai sumber.
Strategi
Sebagai bentuk apresiasi dan kecintaan saya terhadap Partai NasDem, berikut ini saya memberikan masukan atau rekomendasi melengkapi strategi dan langkah-langkah yang sudah dilakukan oleh Partai NasDem dalam program Pemenangan Pemilu 2014 mendatang. “Kenali Diri Sendiri, Kenali Lawan; Maka Kemenangan Sudah Pasti Ada di Tangan! Kenali Medan Pertempuran, Kenali Iklim; Maka Kemenangan Akan Sempurna! (Sun Tzu)”.
Menuju pemenangan Pemilu 2014 bukanlah hal yang mudah dan sederhana, disebabkan banyaknya tahapan yang harus diikuti dan dilalui, serta Partai NasDem sebagai partai peserta pemilu harus mampu mendorong para Calon Legislatif-nya menuju kemenangan. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, maka perlu adanya sebuah proses yang tepat melalui sejumlah langkah-langkah dan pertimbangan-pertimbangan strategis yang diambil dalam upaya pemenangan Partai NasDem di Pemilu 2014 mendatang, antara lain:
1. Penyusunan perencanaan (Grand Design Planning)
Langkah ini dilakukan untuk mendapatkan hasil perencanaan yang utuh terhadap sumberdaya organisasi atau Partai, mensinergikan semua rangkaian program yang telah, sedang, dan yang akan dilakukan. Mengukur target pencapaian strategi, mengarahkan sumberdaya, dan pencapaian hasil yang rasional dan terarah. Outputnya adalah Blue Print Pemenangan Pemilu 2014 Partai NasDem.
2. Membangun Human Resource, Support System, penyiapan sarana prasarana dan infrastruktur penunjang.
Langkah ini merupakan persiapan awal yang menghimpun semua kekuatan sumber daya manusia potensial dan kompeten, bisa dalam bentuk tim sukses, tim inti, tim pendukung, tim penunjang, tim bayangan, atau tim pemelihara. Terkait dengan support system dapat berupa sistem yang berbasiskan teknologi informasi, sistem manajemen pemenangan, manajemen think tank, manajemen kampanye dan manajemen koordinasi jaringan. Dan dilanjutkan dengan penyiapan seluruh potensi dalam bentuk sarana prasarana serta infrastruktur lainnya dalam bentuk pengadaan Kesekretariatan (Base Camp), mobilisasi dan alat-alat penunjang lainnya. Outputnya adalah Deklarasi Pemenangan Pemilu 2014 Partai NasDem.
3. Melakukan analisis lingkungan eksternal dan internal (Environmental Scanning)
Langkah ini harus dilakukan untuk mengukur semua potensi atau kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Partai, agar dapat menghasilkan sebuah keputusan-keputusan strategis yang baik dan terarah. Berbagai keputusan strategis, kebijakan, program, sasaran, target, dan pelaksanaan di lapangan berdasarkan hasil analisis lingkungan yang telah terlebih dahulu dilakukan. Outputnya adalah Analisis SWOT Pemenangan Pemilu 2014 Partai NasDem.
Langkah ini dilanjutkan dengan melakukan pemetaan politik guna menunjang pencapaian tujuan dalam Pemenangan Pemilu 2014, yaitu dengan melakukan survei Pemetaan Perilaku Pemilih, antara lain berupa: Memetakan pemilih berdasarkan demografi dan preferensi politik; Memetakan isu-isu strategis lokal; Memetakan nama-nama yang berpotensi menjadi kawan dan lawan; serta Memetakan media komunikasi yang efektif digunakan oleh pemilih. Outputnya adalah Strategi Mempengaruhi Perilaku Pemilih dalam Pemenangan Pemilu 2014 Partai NasDem.
Langkah berikutnya adalah masih dalam pemetaan politik, yaitu dengan melakukan survei Pemetaan Jaringan, antara lain berupa: Inventarisir Jaringan yang potensial jadi mesin politik; Memetakan wilayah dari masing-masing jaringan dan Inventarisir Nama-nama yang memiliki potensi menjadi tim sukses. Outputnya adalah Strategi Mobilisasi Pemenangan Pemilu 2014 Partai NasDem.
Selanjutnya masih dalam pemetaan politik, yaitu dengan melakukan survei Pemetaan Media Massa, antara lain berupa: Inventarisir semua media massa lokal; Menganalisis kecenderungan isi media; Menjajaki kemungkinan kerja sama; dan Analisis media paling efektif. Outputnya adalah Strategi Pencitraan Pemenangan Pemilu 2014 Partai NasDem.
Dan terakhir dalam melakukan analisis lingkungan adalah upaya melakukan identifikasi terhadap kearifan lokal melalui survei dan FGD serta Pelatihan O250, antara lain berupa: Kebiasaan masyarakat lokal, Budaya dan sosial masyarakat lokal, Tingkat pengetahuan masyarakat, Kemampuan Ekonomi rumah tangga masyarakat, Tingkat kebutuhan energi masyarakat, Iklim dan pola pertanian masyarakat, Potensi sumber daya lokal, dan Pemetaan kependudukan lokal. Outputnya adalah Analisa kebutuhan dan potensi masyarakat lokal.
4. Menyusun dan menetapkan formulasi strategi berbentuk Grand Strategy
Langkah ini adalah sangat penting, setelah penyusunan rencana dan menganalisis semua variable lingkungan, maka akhirnya kita menyusun formulasi strategi yang akan mewarnai seluruh rangkaian kegiatan atau pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Yang selanjutnya penulis merekomendasikan Strategi Pemenangan Pemilu 2014 dinamakan “TOUCH STRATEGIC” atau “STRATEGI SENTUH”. Strategi ini sebagai strategi utama (grand strategy) yang mengerahkan semua potensi partai terhadap pemenangan Pemilu 2014.
Maksudnya adalah sebuah strategi melalui pendekatan yang lebih diarahkan pada upaya Partai melalui Calon Legislatif-nya dengan menyentuh langsung pada konstituennya di daerah pemilihan masing-masing. Hal ini tentunya sejalan dengan upaya Partai NasDem yang ingin dekat dengan para anggota dan simpatisan partainya, bahkan para pengurus pun tidak memiliki hak istimewa, karena justru memberikan peluang kepada masyarakat untuk merasa dekat dan memiliki partai secara utuh, terbuka, dekat dan tidak eksklusifisme. Transaksi yang dilakukan adalah hati ke hati (heart to heart) yang dapat menyentuh langsung pada hati masyarakat dengan calon yang mewakilinya atau partainya. Bilamana masyarakat sudah tersentuh hatinya, maka akan dapat mudah untuk berbuat apapun kepada masyarakat, bahkan masyarakat itu sendiri akan merasa memiliki dan memberikan partisipasi aktif terhadap Partai NasDem.
Upaya partai untuk melakukan strategi positioning melalui political marketing yang mereferensi pada pasar (electoral), tentunya diharapkan mampu memberikan pengaruh dan hasil yang signifikan dan keteraturan dalam pelaksanaan atau implementasinya di lapangan. Apapun strategi implementasinya harus tetap mengacu pada filosofi dasar Partai dan Visi Misi Partai yang sudah dibangun, sehingga terjadi sinergitas dengan program-program yang telah dilakukan yang pada akhirnya bermuara pada keberhasilan dan keunggulan secara jangka panjang (Sustainable Competitive Advantage/SCA).
Penanggung jawab langsung adalah DPP melalui Bappilu yang secara nyata harus diimplentasikan di semua tingkat daerah pemilihan dan terintegrasi langsung dengan Program Bappilu. Pendekatan yang dilakukan adalah mengurangi jurang pemisah (gap) antara tujuan partai dengan keinginan rakyat kepada partai politik sebagai wadah menampung aspirasi. Identifikasi terhadap konstituen di daerah melalui pendekatan kearifan lokal dan identifikasi kebutuhan masyarakat yang up to date, dirasakan sangat perlu untuk memastikan semua program dan tujuan partai dapat terarah dan diterima masyarakat. Apabila kebutuhan dan keinginan masyarakat sudah teridentifikasi, maka akan dengan mempermudah penentuan program atau kegiatan partai diimplementasikan di lapangan, sehingga tingkat partisipasi dan apresiasi masyarakat akan sangat tinggi terhadap Partai NasDem.
Batasan dan pertimbangan implementasi strategi, tentunya mengacu pada pencapaian Manifesto Partai, Visi dan Misi Partai serta Program Jangka Pendek yang telah ditetapkan. Strategi Pemenangan Pemilu 2014 tidak akan terlepas pada, kondisi strategis internal partai dan kemampuan serta kekuatan yang dimiliki partai saat ini, antara lain: sumberdaya manusia (pengurus dan semua potensi anggota partai), sumber dan kemampuan pembiayaan (budgeting) yang diatur oleh AD/ART dan Undang-Undang, Sarana Prasana Pendukung lainnya yang sah dimiliki partai, dan Kapasitas Organisasi.
Subjek dari implementasi strategi ini adalah semua kapasitas organisasi, pengurus, anggota, kader dan partisipan, bacaleg, tim sukses, potensi dan kekuatan organisasi sayap, serta potensi dan kekuatan ormas NasDem.
Sedangkan objek dari strategi ini adalah seluruh masyarakat yang telah memiliki hak pilih pada Pemilu 2014, masyarakat potensial yaitu yang belum memiliki hak pilih dan akan menjadi pemilik di Pemilu berikutnya, dan elemen masyarakat lainnya yang bermukim di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tagline yang diusung adalah “Pilihanku 1 Nomor 1”, dan selanjutnya diberikan penjelasan “1 Hati, 1 Rasa, 1 Tujuan, 1 Partai… Partai Nomor 1… Partai NasDem jadi Pemersatu”. Outputnya adalah Kemenangan Partai NasDem sebagai Tiga Besar Partai Peserta Pemilu 2014, baik di Tingkat Pusat maupun Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II. 5. Menyusun dan menetapkan strategi penunjang dan strategi pengungkit. Selain strategi utama, ada strategi penunjang dan pengungkit yang sifatnya melengkapi strategi utama yang telah dibangun dan disosialisasikan, yaitu Strategi Tersembunyi (Hide Strategic) dan Strategi Sayap (Wing Strategic).
Beberapa implementasi dalam upaya menjaga kemenangan dengan melakukan: Pembentukan tim saksi, Survei audit pendaftaran pemilih, dan Pembentukan tim mobilisator. Sampai pelaksanaan pemilihan umum sedang berlangsung pun, usaha strategis terus dilakukan, yaitu: mobilisasi tim saksi dengan tingkat koordinasi yang tinggi dan akurat serta terpercaya, dan melakukan pemantauan dan perhitungan cepat (Quick Count).
Cara atau prosedur untuk program yang akan diimplementasikan di lapangan adalah setelah terlebih dahulu melakukan identifikasi kearifan lokal melalui survei dan FGD serta Pelatihan O250. Dilanjutkan dengan analisa dan implementasi program yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat pemilih di daerah pemilihan masing-masing. Setiap event harus diselenggarakan dengan standar penyelenggaran Event Organizer dengan prinsip efektif, efesien dan monumental. Implementasi di lapangan harus disesuaikan dengan tahapan atau Jadual Pemilu 2014, sehingga memerlukan manajemen waktu dan alokasi sumberdaya pendukung yang efektif dan efisien.
Alat/tools yang diperlukan semua perangkat lunak dan perangkat keras serta dukungan pelengkap lainnya yang dimiliki oleh Partai NasDem, Caleg maupun para partisipan lainnya yang sah dan tidak melanggar aturan AD/ART. Outputnya adalah Strategi Implementasi Pemenangan Pemilu 2014 Partai NasDem.
7. Melakukan koordinasi, supervisi, dan kepemimpinan.
Langkah ini merupakan bentuk manajerial dan kepemimpinan dalam mengkoordinasikan, memsupervisi dan mengarahkan seluruh sumber daya yang dimiliki kedalam implementasi strategi agar terjadi sinergi antara strategi utama dengan strategi lainnya. Hal tersebut dapat dilakukan pada saat pra-pemilu, pelaksanaan pemilu, dan pasca-pemilu. Outputnya adalah Pedoman Teknis Pemenangan Pemilu 2014 Partai NasDem.
8. Melakukan evaluasi dan kontrol terhadap semua rangkaian strategi yang sedang dan sudah dijalankan sampai tahap pasca pemilu oleh tim pemelihara untuk mengukur kinerja (performance).
Pada tahapan pasca-Pemilu 2014, diperlukan upaya untuk menjaga dan memelihara program yang telah dilakukan yaitu dengan Strategi Pemeliharaan (Maintenance). Sebagai strategi pasca Pemilu 2014 yang dapat memelihara terhadap semua upaya dan program yang telah dijalankan semasa jelang Pemilu. Hal ini penting untuk menjaga agar seluruh program dapat tetap berjalan dan mensinergikan dengan program-program partai selanjutnya. Diharapkan semua konstituen akan percaya dan yakin bahwa Partai NasDem tidak hanya hadir pada saat menjelang Pemilu saja, melainkan tetap menjaga keberlangsungan program untuk pencapaian Sustainable Competitive Advantage Partai NasDem. Strategi ini dikoordinasikan langsung oleh DPP melalui DPW dan DPD seluruh Indonesia, sebagai aset dan investasi sosial menjelang Program Besar Partai NasDem yaitu Gerakan Perubahan Menuju Indonesia Baru Kerja yang dapat dilakukan antara lain: Membuat Laporan Kinerja, Mempersiapkan Keberlanjutan Strategi dan Program, Mengkonversi Kinerja Kader Berprestasi, Kunjungan Khusus, Kegiatan syukuran atas kemenangan dan Menyelenggarakan Puncak Acara Penghargaan Tingkat Kota untuk memberikan penghargaan kepada semua pendukung, sponsor dan tim sukses. Outputnya adalah Performance Pemenangan Pemilu 2014 Partai NasDem dan Feedback/Learning untuk tahap selanjutnya.
Menuju pemenangan Pemilu 2014 bukanlah hal yang mudah dan sederhana, disebabkan banyaknya tahapan yang harus diikuti dan dilalui, serta Partai NasDem sebagai partai peserta pemilu harus mampu mendorong para Calon Legislatif-nya menuju kemenangan. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, maka perlu adanya sebuah proses yang tepat melalui sejumlah langkah-langkah dan pertimbangan-pertimbangan strategis yang diambil dalam upaya pemenangan Partai NasDem di Pemilu 2014 mendatang, antara lain:
1. Penyusunan perencanaan (Grand Design Planning)
Langkah ini dilakukan untuk mendapatkan hasil perencanaan yang utuh terhadap sumberdaya organisasi atau Partai, mensinergikan semua rangkaian program yang telah, sedang, dan yang akan dilakukan. Mengukur target pencapaian strategi, mengarahkan sumberdaya, dan pencapaian hasil yang rasional dan terarah. Outputnya adalah Blue Print Pemenangan Pemilu 2014 Partai NasDem.
2. Membangun Human Resource, Support System, penyiapan sarana prasarana dan infrastruktur penunjang.
Langkah ini merupakan persiapan awal yang menghimpun semua kekuatan sumber daya manusia potensial dan kompeten, bisa dalam bentuk tim sukses, tim inti, tim pendukung, tim penunjang, tim bayangan, atau tim pemelihara. Terkait dengan support system dapat berupa sistem yang berbasiskan teknologi informasi, sistem manajemen pemenangan, manajemen think tank, manajemen kampanye dan manajemen koordinasi jaringan. Dan dilanjutkan dengan penyiapan seluruh potensi dalam bentuk sarana prasarana serta infrastruktur lainnya dalam bentuk pengadaan Kesekretariatan (Base Camp), mobilisasi dan alat-alat penunjang lainnya. Outputnya adalah Deklarasi Pemenangan Pemilu 2014 Partai NasDem.
3. Melakukan analisis lingkungan eksternal dan internal (Environmental Scanning)
Langkah ini harus dilakukan untuk mengukur semua potensi atau kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Partai, agar dapat menghasilkan sebuah keputusan-keputusan strategis yang baik dan terarah. Berbagai keputusan strategis, kebijakan, program, sasaran, target, dan pelaksanaan di lapangan berdasarkan hasil analisis lingkungan yang telah terlebih dahulu dilakukan. Outputnya adalah Analisis SWOT Pemenangan Pemilu 2014 Partai NasDem.
Langkah ini dilanjutkan dengan melakukan pemetaan politik guna menunjang pencapaian tujuan dalam Pemenangan Pemilu 2014, yaitu dengan melakukan survei Pemetaan Perilaku Pemilih, antara lain berupa: Memetakan pemilih berdasarkan demografi dan preferensi politik; Memetakan isu-isu strategis lokal; Memetakan nama-nama yang berpotensi menjadi kawan dan lawan; serta Memetakan media komunikasi yang efektif digunakan oleh pemilih. Outputnya adalah Strategi Mempengaruhi Perilaku Pemilih dalam Pemenangan Pemilu 2014 Partai NasDem.
Langkah berikutnya adalah masih dalam pemetaan politik, yaitu dengan melakukan survei Pemetaan Jaringan, antara lain berupa: Inventarisir Jaringan yang potensial jadi mesin politik; Memetakan wilayah dari masing-masing jaringan dan Inventarisir Nama-nama yang memiliki potensi menjadi tim sukses. Outputnya adalah Strategi Mobilisasi Pemenangan Pemilu 2014 Partai NasDem.
Selanjutnya masih dalam pemetaan politik, yaitu dengan melakukan survei Pemetaan Media Massa, antara lain berupa: Inventarisir semua media massa lokal; Menganalisis kecenderungan isi media; Menjajaki kemungkinan kerja sama; dan Analisis media paling efektif. Outputnya adalah Strategi Pencitraan Pemenangan Pemilu 2014 Partai NasDem.
Dan terakhir dalam melakukan analisis lingkungan adalah upaya melakukan identifikasi terhadap kearifan lokal melalui survei dan FGD serta Pelatihan O250, antara lain berupa: Kebiasaan masyarakat lokal, Budaya dan sosial masyarakat lokal, Tingkat pengetahuan masyarakat, Kemampuan Ekonomi rumah tangga masyarakat, Tingkat kebutuhan energi masyarakat, Iklim dan pola pertanian masyarakat, Potensi sumber daya lokal, dan Pemetaan kependudukan lokal. Outputnya adalah Analisa kebutuhan dan potensi masyarakat lokal.
4. Menyusun dan menetapkan formulasi strategi berbentuk Grand Strategy
Langkah ini adalah sangat penting, setelah penyusunan rencana dan menganalisis semua variable lingkungan, maka akhirnya kita menyusun formulasi strategi yang akan mewarnai seluruh rangkaian kegiatan atau pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Yang selanjutnya penulis merekomendasikan Strategi Pemenangan Pemilu 2014 dinamakan “TOUCH STRATEGIC” atau “STRATEGI SENTUH”. Strategi ini sebagai strategi utama (grand strategy) yang mengerahkan semua potensi partai terhadap pemenangan Pemilu 2014.
Maksudnya adalah sebuah strategi melalui pendekatan yang lebih diarahkan pada upaya Partai melalui Calon Legislatif-nya dengan menyentuh langsung pada konstituennya di daerah pemilihan masing-masing. Hal ini tentunya sejalan dengan upaya Partai NasDem yang ingin dekat dengan para anggota dan simpatisan partainya, bahkan para pengurus pun tidak memiliki hak istimewa, karena justru memberikan peluang kepada masyarakat untuk merasa dekat dan memiliki partai secara utuh, terbuka, dekat dan tidak eksklusifisme. Transaksi yang dilakukan adalah hati ke hati (heart to heart) yang dapat menyentuh langsung pada hati masyarakat dengan calon yang mewakilinya atau partainya. Bilamana masyarakat sudah tersentuh hatinya, maka akan dapat mudah untuk berbuat apapun kepada masyarakat, bahkan masyarakat itu sendiri akan merasa memiliki dan memberikan partisipasi aktif terhadap Partai NasDem.
Upaya partai untuk melakukan strategi positioning melalui political marketing yang mereferensi pada pasar (electoral), tentunya diharapkan mampu memberikan pengaruh dan hasil yang signifikan dan keteraturan dalam pelaksanaan atau implementasinya di lapangan. Apapun strategi implementasinya harus tetap mengacu pada filosofi dasar Partai dan Visi Misi Partai yang sudah dibangun, sehingga terjadi sinergitas dengan program-program yang telah dilakukan yang pada akhirnya bermuara pada keberhasilan dan keunggulan secara jangka panjang (Sustainable Competitive Advantage/SCA).
Penanggung jawab langsung adalah DPP melalui Bappilu yang secara nyata harus diimplentasikan di semua tingkat daerah pemilihan dan terintegrasi langsung dengan Program Bappilu. Pendekatan yang dilakukan adalah mengurangi jurang pemisah (gap) antara tujuan partai dengan keinginan rakyat kepada partai politik sebagai wadah menampung aspirasi. Identifikasi terhadap konstituen di daerah melalui pendekatan kearifan lokal dan identifikasi kebutuhan masyarakat yang up to date, dirasakan sangat perlu untuk memastikan semua program dan tujuan partai dapat terarah dan diterima masyarakat. Apabila kebutuhan dan keinginan masyarakat sudah teridentifikasi, maka akan dengan mempermudah penentuan program atau kegiatan partai diimplementasikan di lapangan, sehingga tingkat partisipasi dan apresiasi masyarakat akan sangat tinggi terhadap Partai NasDem.
Batasan dan pertimbangan implementasi strategi, tentunya mengacu pada pencapaian Manifesto Partai, Visi dan Misi Partai serta Program Jangka Pendek yang telah ditetapkan. Strategi Pemenangan Pemilu 2014 tidak akan terlepas pada, kondisi strategis internal partai dan kemampuan serta kekuatan yang dimiliki partai saat ini, antara lain: sumberdaya manusia (pengurus dan semua potensi anggota partai), sumber dan kemampuan pembiayaan (budgeting) yang diatur oleh AD/ART dan Undang-Undang, Sarana Prasana Pendukung lainnya yang sah dimiliki partai, dan Kapasitas Organisasi.
Subjek dari implementasi strategi ini adalah semua kapasitas organisasi, pengurus, anggota, kader dan partisipan, bacaleg, tim sukses, potensi dan kekuatan organisasi sayap, serta potensi dan kekuatan ormas NasDem.
Sedangkan objek dari strategi ini adalah seluruh masyarakat yang telah memiliki hak pilih pada Pemilu 2014, masyarakat potensial yaitu yang belum memiliki hak pilih dan akan menjadi pemilik di Pemilu berikutnya, dan elemen masyarakat lainnya yang bermukim di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tagline yang diusung adalah “Pilihanku 1 Nomor 1”, dan selanjutnya diberikan penjelasan “1 Hati, 1 Rasa, 1 Tujuan, 1 Partai… Partai Nomor 1… Partai NasDem jadi Pemersatu”. Outputnya adalah Kemenangan Partai NasDem sebagai Tiga Besar Partai Peserta Pemilu 2014, baik di Tingkat Pusat maupun Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II. 5. Menyusun dan menetapkan strategi penunjang dan strategi pengungkit. Selain strategi utama, ada strategi penunjang dan pengungkit yang sifatnya melengkapi strategi utama yang telah dibangun dan disosialisasikan, yaitu Strategi Tersembunyi (Hide Strategic) dan Strategi Sayap (Wing Strategic).
- Strategi Tersembunyi (Hide Strategic)
- Strategi Sayap (Wing Strategic)
- Strategi Mempengaruhi Perilaku Pemilih
- Strategi Mobilisasi
- Strategi Pencitraan
- Pemasaran produk politik secara langsung kepada calon pemilih (push political marketing), strategi ini dapat membangun mesin politik partai dan implementasinya meliputi: Pelatihan manajemen tim sukses, Set up jaringan parpol dan birokrasi, Set up jaringan keluarga, Set up jaringan tingkat kabupaten, kecamatan dan desa, dan jaringan-jaringan lainnya sebagai mesin politik partai.
- Pemasaran produk politik melalui media massa (pull political marketing), strategi ini merupakan upaya peningkatan popularitas partai, implementasinya meliputi: Internet, Produksi souvenir, Produksi media komunikasi massa cetak, Produksi media komunikasi massa out door, Produksi iklan media TV, Radio, dan Cetak, serta Kampanye Door to Door.
- Pemasaran melalui kelompok, tokoh atau organisasi yang berpengaruh (pass political marketing), strategi ini dilakukan untuk mengenalkan pesan-pesan politiknya, hal tersebut dapat dikatakan upaya peningkatan elektabilitas partai, implementasinya meliputi: Kunjungan langsung terprogram, Kunjungan langsung insindental, Ceramah, Aksi sosial terprogram, Aksi sosial insindental, Peresmian, Kontrak politik, Turnamen, Pawai, Hiburan dan Kesenian, Media komunikasi tradisional, Media komunikasi alternatif, Pencetakan Mesium Rekor Indonesia, dan program kunjungan lainnya.
- Program Kemandirian Ekonomi Nasional (Baitul Maal wat-Tamwil/BMT, Entrepreneurship dan Ekonomi Maritim Terpadu),
- Program Kedaulatan Energi (Solusi dan Pembangunan Pembangkit Energi Lokal Terbarukan),
- Program Bangun Petani dan Kedaulatan Pangan,
- Program Kesehatan dan Pengobatan Gratis bagi Manula dan Kalangan Masyarakat Kurang Mampu,
- Program Bea Siswa Anak-anak Terlantar dan Yatim Piatu, dan
- Program Kedaulatan Budaya (Pengembangan Rumah Budaya dan Museum Heritage Daerah).
Beberapa implementasi dalam upaya menjaga kemenangan dengan melakukan: Pembentukan tim saksi, Survei audit pendaftaran pemilih, dan Pembentukan tim mobilisator. Sampai pelaksanaan pemilihan umum sedang berlangsung pun, usaha strategis terus dilakukan, yaitu: mobilisasi tim saksi dengan tingkat koordinasi yang tinggi dan akurat serta terpercaya, dan melakukan pemantauan dan perhitungan cepat (Quick Count).
Cara atau prosedur untuk program yang akan diimplementasikan di lapangan adalah setelah terlebih dahulu melakukan identifikasi kearifan lokal melalui survei dan FGD serta Pelatihan O250. Dilanjutkan dengan analisa dan implementasi program yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat pemilih di daerah pemilihan masing-masing. Setiap event harus diselenggarakan dengan standar penyelenggaran Event Organizer dengan prinsip efektif, efesien dan monumental. Implementasi di lapangan harus disesuaikan dengan tahapan atau Jadual Pemilu 2014, sehingga memerlukan manajemen waktu dan alokasi sumberdaya pendukung yang efektif dan efisien.
Alat/tools yang diperlukan semua perangkat lunak dan perangkat keras serta dukungan pelengkap lainnya yang dimiliki oleh Partai NasDem, Caleg maupun para partisipan lainnya yang sah dan tidak melanggar aturan AD/ART. Outputnya adalah Strategi Implementasi Pemenangan Pemilu 2014 Partai NasDem.
7. Melakukan koordinasi, supervisi, dan kepemimpinan.
Langkah ini merupakan bentuk manajerial dan kepemimpinan dalam mengkoordinasikan, memsupervisi dan mengarahkan seluruh sumber daya yang dimiliki kedalam implementasi strategi agar terjadi sinergi antara strategi utama dengan strategi lainnya. Hal tersebut dapat dilakukan pada saat pra-pemilu, pelaksanaan pemilu, dan pasca-pemilu. Outputnya adalah Pedoman Teknis Pemenangan Pemilu 2014 Partai NasDem.
8. Melakukan evaluasi dan kontrol terhadap semua rangkaian strategi yang sedang dan sudah dijalankan sampai tahap pasca pemilu oleh tim pemelihara untuk mengukur kinerja (performance).
Pada tahapan pasca-Pemilu 2014, diperlukan upaya untuk menjaga dan memelihara program yang telah dilakukan yaitu dengan Strategi Pemeliharaan (Maintenance). Sebagai strategi pasca Pemilu 2014 yang dapat memelihara terhadap semua upaya dan program yang telah dijalankan semasa jelang Pemilu. Hal ini penting untuk menjaga agar seluruh program dapat tetap berjalan dan mensinergikan dengan program-program partai selanjutnya. Diharapkan semua konstituen akan percaya dan yakin bahwa Partai NasDem tidak hanya hadir pada saat menjelang Pemilu saja, melainkan tetap menjaga keberlangsungan program untuk pencapaian Sustainable Competitive Advantage Partai NasDem. Strategi ini dikoordinasikan langsung oleh DPP melalui DPW dan DPD seluruh Indonesia, sebagai aset dan investasi sosial menjelang Program Besar Partai NasDem yaitu Gerakan Perubahan Menuju Indonesia Baru Kerja yang dapat dilakukan antara lain: Membuat Laporan Kinerja, Mempersiapkan Keberlanjutan Strategi dan Program, Mengkonversi Kinerja Kader Berprestasi, Kunjungan Khusus, Kegiatan syukuran atas kemenangan dan Menyelenggarakan Puncak Acara Penghargaan Tingkat Kota untuk memberikan penghargaan kepada semua pendukung, sponsor dan tim sukses. Outputnya adalah Performance Pemenangan Pemilu 2014 Partai NasDem dan Feedback/Learning untuk tahap selanjutnya.