Picture
Mungkin,tak banyak pemimpin kita yang mengerti arti kepemimpinan dan filosofi kepemimpinan. sehingga, terlalu sering kita dapati, pemimpin kita yang nyata-nyata kegagalan dan ketidakbecusannya dalam memimpin masih berkilah sukses dalam memimpin dan menganggap dirinya layak untuk terpilih kembali sebagai pemimpin.

Padahal, dasar utama dari kepemimpinan adalah kepercayaan atas amanah dan kemampuan untuk mengaktualisasikan diri dalam mengembang amanah yang dipimpinnya.

Ketika seorang pemimpin telah merasa sukses dan berhasil dalam kepemimpinannya maka sesungguhnya dia telah jatuh dan gagal dalam memimpin karena kepemimpinan adalah amanah yang tujuan utamanya adalah bekerja dan berkreasi demi mencapai tujuan tertentu yakni pencerahan dan kemakmuran bagi yang telah menetapkannya sebagai pemimpin.sehingga, keberhasilan seharusnya tidak pantas untuk dibanggakan karena dengan tujuan keberhasilan itulah sesungguhnya mengapa dia dipilih.

Pemimpin dipilih untuk menjadi kepala dan mata bagi yang dipimpinnya untuk mengatasi kendala yang ada dalam proses perjalanan. Artinya,masalah itu telah ada dan tinggal mencari seseorang yang punya visi dan misi yang jelas untuk menyelesaikan masalah tersebut. dan orang yang mengajukan dirinya untuk menjadi pemimpin adalah orang yang merasa layak untuk dipilih dalam mengatasi masalah yang ada dimana dia memiliki visi dan misi yang jelas. bukan untuk mencari solusi dan mengumpulkan berbagai pendapat guna mengatasi masalah yang ada. dia tidak dipilih untuk diskusi dan sharing ide dalam mengatasi masalah tapi dia dipilih untuk bertindak mengatasi masalah dan memiliki visi jelas untuk masalah berikutnya yang pasti akan muncul. andai pemimpin dipilih untuk menjadi ketua diskusi dan ketua sharing pendapat maka saya berpikir kebanyakan orang pasti bisa.

Padahal,pemimpin adalah orang yang terbaik diantara yang baik dalam hal ini visi dan misi serta semangat kerja kerasnya.

beberapa orang yang telah menjadi pemimpin dan mengerti filosofi kepempinan, mengajarkan pada kita bahwa ketika dia merasa tidak sanggup lagi dan atau telah gagal dalam mencapai visi dan misi kepemimpinannya maka dia memilih mengundurkan diri dari kursi empuknya. Ini bukan sifat pengecut atau lari dari masalah tapi sesungguhnya dia memahami dengan benar bahwa masih ada orang lain yang lebih bisa dari dia. Dan dia tidak perlu bersikeras untuk merasa bisa, padahal sesungguhnya telah nyata kegagalannya, yang mengakibatkan regenerasi terhambat. Tindakan ini bukan pula bentuk dari kelemahan baik jiwa maupun pemikiran tapi sesungguhnya adalah bentuk kebesaran jiwa dalam memahami potensinya dan potensi orang yang ada disekitarnya.Tindakan ini juga bentuk pemikiran yang matang dan melihat jauh kedepan sehingga dia bisa melihat kompleksitas masalah yang akan timbul yang mungkin akan menuntut pemikiran dan tindakan ekstra cepat. Dengan visi seperti itu, maka dia memberikan tongkat estafet kepada yang lebih segar dan lebih visioner.

Beberapa negara atau organisasi yang punya sejarah kepemimpinan sangat lama, kemudian memahami tingkat kejenuhan tersebut dan mecoba membentuk sistem yang mengatur siklus kepemimpinan. Maka dibeberapa tempat, sering kita mendengar adanya aturan pembatasan umur seorang pemimpin, pembatasan masa kepemimpinan, pembatasan lama atau periode banyaknya memimpin. ini bertujuan untuk memberikan ruang yang seluas-luasnya pada proses regenerasi di tempat tersebut.

sejarah juga menunjukkan bahwa bangsa yang besar sekarang ini adalah bangsa yang pernah jatuh,pernah terpuruk,pernah terjajah atau pernah mengalami siklus lama dalam regenerasi kepemipinannya.

Sejarah juga menunjukkan bahwa bangsa yang besar sekarang ini adalah bangsa yang proses regenerasi kepemimpinannya berjalan dengan cepat dan alami. bahkan beberapa diantaranya diisi dengan cerita pengunduran diri pemimpinnya. Mereka yang terjajah belajar dari keterjajahannya sedang mereka yang pemipinnya  mengundurkan diri belajar menghargai kebesaran jiwa pemimpinnya sehingga tidak mesti harus berakhir dengan tragis sebagaimana sering kita lihat pada pemimpin yang tidak peka dan sensitif arus bawah yang tidak pro lagi dengan visi kepemimpinannya.

Beberapa kisah mengajarkan pada kita, pada titik jenuh tertentu ketika seorang pemimpin telah lama berkuasa dan tidak peka lagi maka dia akan diakhiri dengan cara yang lebih tragis. Akibatnya,respek penghormatan yang seharusnya dia dapatkan karena jasa kepemimpinannya selama ini justru berubah menjadi cacian dan hinaan. Masa istrahat yang seharusnya tenang berubah menjadi keriuhan masalah yang diakibatkan oleh ekses dari kepemimpinannya yang lama.belum lagi kalau selama kepemimpinannya itu dibumbuhi banyak cerita yang tidak sedap semisal pelanggaran moral,pelanggaran hak orang lain dan lain sejenisnya.

Asasinya, kepemimpinan untuk mensejahterahkan semua pihak baik lawan maupun kawan. orang yang tidak mengerti kepemimpinan dengan baik akan mensejahterakan salah satu pihak saja dalam hal ini kawan yang seperjuangan dengannya. ini sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari kita.

Sejarah bangsa Indonesia cukup memberikan contoh yang luar biasa banyaknya terkait tulisan ini.tinggal anda memilah siapa dan bagaimana dia pada akhirnya.

wasalam


 
Picture
Leader adalah pemimpin yang mampu memimpin minimal dari diri sendiri, amanah, kredibel, akuntabel, serta responsibel. Pemimpin itu mampu, tegas, tegar, tidak takut, mengambil resiko dalam mengambil kebijakan. Pemimpin itu siap pakai dalam setiap kondisi. Pemimpin adalah seorang penunjuk jalan. Ibarat ia seorang sopir dialah yang mengendalikan mobil dan memberi rasa nyaman pada penumpang. “Kepemimpinan suatu organisasi tidak bisa terlepas dari ideologi yang diemban. Ideologilah yang akan memepengaruhi arah gerak dan target yang ingin dicapai dalam kepemimpinan. Sebuah ideologi haruslah memiliki pemikiran mendasar yang memancarkan pemikiran-pemikiran lainnya. Pemikiran mendasar itu sendiri merupakan pemikiran yang tidak didahului oleh pemikiran lainnya dan hanya terbatas pada pemikiran yang menyeluruh tentang alam semesta, manusia dan kehidupan. Menurutnya, pemikiran mendasar inilah yang disebut dengan akidah,” . Diungkapkan, pendapat tersebut mencerminkan bahwa seorang pemimpin harus berpemikiran ideologis. Artinya, ia mampu mengatasi berbagai persoalan dengan cara penyelesaian dengan padangan yang tepat. Ketika seseorang tidak berpemikiran ideologis, maka cara bertindak dan berpikir cenderung bersifat pragmatis. Sikap pragmatis akan memunculkan pemimpin yang bersifat kompromi pada sistem yang rusak, tidak revolusioner, pasrah pada keadaan, dan cenderung menggunakan momen sesaat untuk menyelesaikan persoalan. “Pemimpin ideologis akan tercermin dalam kinerjanya terkait urusan rakyat. Segala permasalahan yang terkait akan diberikan solusi yang tepat sehingga rakyat merasa dihargai dan diurusi. Tidak ada salahnya jika mengambil contoh pemimpin yang bersifat ideologis. Saya mencontohkan sosok DEVI RAZAKI,S.Hint, beliau merupakan contoh pemimpin muda yang ideologis,” . Ideologi yang diemban oleh Devi merupakan ideologi yang benar karena menunjukkan esensi kodrati manusia, yakni kebersamaan (kebangsaan). Setiap manusia senantiasa menginginkan kehidupan yang damai, oleh karenanya kebersamaan perlu terus menerus dibina. Hal senada juga pernah saya ungkapkan, Ciri pemimpin yang ideologis adalah belajar secara terus-menerus. Pada saat yang bersamaan tampil sebagai seorang pemimpin tangguh, tulen, dan efektif. Pengaruhnya masih tetap kuat dan mendalam serta berakar. Wujud dari Ideologi ini adalah kaderisasi yang berkelanjutan. malah dengan tegas saya katakan bahwa Devi Razaki adalah contoh pemimpin yang komit terhadap kaderisasi. Sejak tahun 1991 hingga sekarang (kurang lebih dua puluh tiga tahun) ia konsisten untuk memperjuangkan idealismenya dan itu yang membuat saya tidak ragu untuk berdampingan dengannya.Karena berbicara, share dengannyalah saya yakin untuk mewujudkan karakteristik yang saya kagumi dan mau membantu saya serta anda juga untuk mengembangkan karakteristik tersebut, sehingga kita semua bisa meraih sasaran serta mewujudkan cita Para Pemimpin Muda.... (*)